Rabu, 29 Mei 2013

Baik Itu Relatif

Baik Itu Relatif - Seorang lelaki memanah seekor burung yang sedang hinggap di dahan pohon. Namun anak panahnya meleset dan tak berhasil mengenai sasaran. Burung itu pun terbang. Melihat hal itu, teman yang berada di sampingnya berkata, “Bagus, kamu telah melakukan yang terbaik.”  Mendengar komentar tersebut mukanya memerah dan dengan nada membentak ia berkata,”Kamu mengejek saya, ya !” 

Temanya menjawab, “Tidak, kamu memang sudah melakukan sesuatu yang baik untuk burung tersebut. (Ar-Risalah/Mei 2013/Hal 43)

Dalam kehidupan sehari-hari kita pun sering merasakan hal yang serupa, ketika menurut kita hal tersebut baik belum tentu menurut orang lain itu baik. Ketika keinginan kita menjadi kaya itu lebih baik, belum tentu menurut Allah itu baik, bahkan apabila segalanya sudah ada di tangan kita sering lupa daratan, lupa mengingat Allah, lupa sholat, lupa zakat, lupa sadaqah, lupa baca qur’an, dll. Kita lebih mencinta dunia, padahal dunia itu tidak akan memberi manfaat. Kita mencintai harta, padahal harta tersebut tidak akan di bawa mati. Ketika ada yang mengingatkan untuk sadaqah,  malah membelokan perkataan, alasannya uangnya habis untuk kebutuhan keluarga, untuk cicilan mobil, untuk anak sekolah, untuk istri belanja.

Seorang anak nakal memang sudah biasa, tetapi bila ada anak nakal di pukuli orang tua itu menyiksa. Sebaiknya orang tua bertutur kata yang baik, menasihati anak untuk tidak melakukan yang tidak baik. Ada orang tua menyiksa anak gara-gara si anak suka ngompol di kasur, gara-gara anak takut ke wc untuk mandi. Pada suatu waktu anak tersebut ngompol di kasur, lalu ibunya marah, ketika ingin memukul, ibunya jatuh, lalu datang ayah tersenyum dan berkata “Kenapa ibu pagi-pagi udah marah? Kalau si ade ngompol ibu jangan marah, coba ibu cari solusi buat si ade tidak ngompol lagi”. Lalu si ibu dengan muka marah menjawab, “Ayah, ibu sudah cape tiap hari nyuci spre, nyuci celana si ade, kan ibu marah juga itu demi kebaikan si ade juga”. Ayah berkata dengan nada menasihati, “Anak adalah cobaan kita, bu, kalau anak suka ngompol barangkali itu turunan, hal yang terbaik bukan memarahi malah si ade jadi ketakutan kalau di marahi bahkan di pukuli segala, coba ibu cari capung lalu si capung dekatkan ke pusar si ade biar tidak ngompol lagi”. Si ibu lalu diam bukan karena apa-apa, tetapi dia malu bahwa si ibu merasa ketika kecil suka ngompol sama kaya si ade, heheehe...

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung. Ini merupakan blog dofollow, jika anda ingin berkomentar sebaik nya yang sopan dan bukan spam.

◄ Newer Post Older Post ►
 

Copyright 2012