Baik Itu Relatif - Seorang lelaki memanah seekor burung yang sedang hinggap di
dahan pohon. Namun anak panahnya meleset dan tak berhasil mengenai sasaran.
Burung itu pun terbang. Melihat hal itu, teman yang berada di sampingnya
berkata, “Bagus, kamu telah melakukan yang terbaik.” Mendengar komentar tersebut mukanya memerah
dan dengan nada membentak ia berkata,”Kamu mengejek saya, ya !”
Temanya menjawab, “Tidak, kamu memang sudah melakukan
sesuatu yang baik untuk burung tersebut. (Ar-Risalah/Mei 2013/Hal 43)
Dalam kehidupan sehari-hari kita
pun sering merasakan hal yang serupa, ketika menurut kita hal tersebut baik
belum tentu menurut orang lain itu baik. Ketika keinginan kita menjadi kaya itu
lebih baik, belum tentu menurut Allah itu baik, bahkan apabila segalanya sudah
ada di tangan kita sering lupa daratan, lupa mengingat Allah, lupa sholat, lupa
zakat, lupa sadaqah, lupa baca qur’an, dll. Kita lebih mencinta dunia, padahal
dunia itu tidak akan memberi manfaat. Kita mencintai harta, padahal harta
tersebut tidak akan di bawa mati. Ketika ada yang mengingatkan untuk
sadaqah, malah membelokan perkataan,
alasannya uangnya habis untuk kebutuhan keluarga, untuk cicilan mobil, untuk
anak sekolah, untuk istri belanja.
Seorang anak nakal memang sudah
biasa, tetapi bila ada anak nakal di pukuli orang tua itu menyiksa. Sebaiknya
orang tua bertutur kata yang baik, menasihati anak untuk tidak melakukan yang
tidak baik. Ada orang tua menyiksa anak gara-gara si anak suka ngompol di
kasur, gara-gara anak takut ke wc untuk mandi. Pada suatu waktu anak tersebut
ngompol di kasur, lalu ibunya marah, ketika ingin memukul, ibunya jatuh, lalu
datang ayah tersenyum dan berkata “Kenapa ibu pagi-pagi udah marah? Kalau si
ade ngompol ibu jangan marah, coba ibu cari solusi buat si ade tidak ngompol
lagi”. Lalu si ibu dengan muka marah menjawab, “Ayah, ibu sudah cape tiap hari
nyuci spre, nyuci celana si ade, kan ibu marah juga itu demi kebaikan si ade
juga”. Ayah berkata dengan nada menasihati, “Anak adalah cobaan kita, bu, kalau
anak suka ngompol barangkali itu turunan, hal yang terbaik bukan memarahi malah
si ade jadi ketakutan kalau di marahi bahkan di pukuli segala, coba ibu cari
capung lalu si capung dekatkan ke pusar si ade biar tidak ngompol lagi”. Si ibu
lalu diam bukan karena apa-apa, tetapi dia malu bahwa si ibu merasa ketika
kecil suka ngompol sama kaya si ade, heheehe...
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung. Ini merupakan blog dofollow, jika anda ingin berkomentar sebaik nya yang sopan dan bukan spam.